"Peran dan Fungsi Masjid Bagi Umat Islam"
Oleh : W. Dewanto, S.Pd.I
Masjid adalah simbol keislaman. Ia tidak
dapat dipisahkan dari kehidupan umat Islam, karena masjid merupakan bentuk
ketundukan umat kepada Allah swt. Kata masjid terulang dua puluh delapan kali
dalam Alquran. Secara bahasa masjid berasal dari kata sajada-sujud artinya
patuh; taat; tunduk dengan penuh hormat. Meletakkan dahi, kedua
tangan, lutut, dan kaki ke bumi, atau bersujud ini
adalah bentuk lahiriyah yang paling nyata dari makna-makna tersebut. Itulah sebabnya
mengapa bangunan yang dikhususkan untuk shalat dinamai masjid, “tempat
bersujud”.
Dalam pengertian sehari-hari, masjid
merupakan bangunan tempat shalat kaum Muslim.
Tapi karena akar katanya mengandung makna tunduk dan patuh, hakikat masjid menjadi
tempat melakukan segala aktivitas yang mengandung
kepatuhan kepada Allah swt. Alquran menegaskan:
“Sesungguhnya masjid-masjid itu adalah milik Allah, maka janganlah kamu menyembah sesuatu di dalamnya selain Allah”. (QS. Al-Jinn {72}: 18)
Rasulullah saw. bersabda:
“Sesungguhnya masjid-masjid itu adalah milik Allah, maka janganlah kamu menyembah sesuatu di dalamnya selain Allah”. (QS. Al-Jinn {72}: 18)
Rasulullah saw. bersabda:
“Telah dijadikan untukku (dan untuk umatku) bumi sebagai masjid
dan sarana penyucian diri”. (HR Bukhari dan
Muslim melalui Jabir bin Abdullah)
Tampaknya masjid bukan sekadar tem- pat sujud dan sarana
penyucian atau bertayamum (wudhu dengan debu suci). Masjid adalah tem-
pat Muslim bertolak, sekaligus pelabuhan
tempatnya bersauh dalam ketaatan kepada Allah swt.
Masjid sebagai institusi kaum muslimin, merupakan indikator
bagi muslim paripurna (Insan Kamil). Dengan predikat ini,
umat muslim harus bisa memaksimalkan keberadaan masjid sebagai
pusat aktivitas yang menawarkan kegiatan-kegiatan alternatif
dalam berdakwah. Contoh yang telah ada adalah kegiatan berdakwah melalui media televisi
komunitas atau radio komunitas, seperti TV komunitas Masjid Jogokarian
di Yogyakarta (MJTV) dan PAL TV di Masjid Sadzudarain
di Palmerah Jakarta.
Amal Ibadah Shalat dan Fungsi Masjid
Amal Ibadah Shalat dan Fungsi Masjid
Shalat adalah kegiatan utama yang
dilaksanakan di masjid. Hadis Nabi riwayat
Hudaifah:
“Rasulullah saw. bersabda: Saya telah diciptakan berbeda dengan umat sebe- lumnya dalam tiga perkara: shaf-shaf kami telah dijadikan seperti shaf para malaikat dan seluruh dunia merupakan masjid untuk kami, dan debunya telah dijadikan penyuci jika air tidak tersedia....”. (HR. Muslim)
Dalam hadis tersebut dapat ditemukan bahwa shalat yang memiliki shaf, mengandung makna kedisiplinan, keteraturan dan kepatuhan terhadap waktu. Itu artinya masjid tidak hanya bisa dipakai untuk shalat saja. Hal-hal lain yang terkait dengan kepatuhan terhadap Allah swt. bisa dilakukan di sana. Seperti pada masa Rasulullah masjid memiliki fungsi lain seperti pusat pemerintahan, proses legislasi, interaksi masyarakat, dan fungsi-fungsi duniawi lainnya.
“Rasulullah saw. bersabda: Saya telah diciptakan berbeda dengan umat sebe- lumnya dalam tiga perkara: shaf-shaf kami telah dijadikan seperti shaf para malaikat dan seluruh dunia merupakan masjid untuk kami, dan debunya telah dijadikan penyuci jika air tidak tersedia....”. (HR. Muslim)
Dalam hadis tersebut dapat ditemukan bahwa shalat yang memiliki shaf, mengandung makna kedisiplinan, keteraturan dan kepatuhan terhadap waktu. Itu artinya masjid tidak hanya bisa dipakai untuk shalat saja. Hal-hal lain yang terkait dengan kepatuhan terhadap Allah swt. bisa dilakukan di sana. Seperti pada masa Rasulullah masjid memiliki fungsi lain seperti pusat pemerintahan, proses legislasi, interaksi masyarakat, dan fungsi-fungsi duniawi lainnya.
Hadis Nabi saw: Diriwayatkan oleh Annas ra., “Beberapa
barang datang kepada Rasulullah
dari Bahrain. Rasulullah memerintahkan kepada
para sahabat untuk membagikannya di masjid, dan
barang itu merupakan jumlah terbesar yang pernah
diterima Rasulullah saw. Ia mening galkannya untuk shalat
tanpa menengoknya sama sekali. Setelah usai shalat, Nabi
duduk di depan barang- barang tersebut dan
membagikannya kepada siapa saja yang ia lihat. Al Abbas datang kepada beliau
dan berkata, ‘Wahai Rasulullah berikan padaku sebagian
barang-barang itu, karena saya perlu memiliki
bekal untuk saya dan Aqil.’ Rasulullah lalu meminta ia
untuk meng- ambilnya sendiri...”. (HR. Bukhari)
Selain itu masjid juga harus mampu memberikan ketenangan dan ketenteraman pada pengunjung dan lingkungannya. Apabila masjid dituntut berfungsi membina umat, tentu sarana yang dimilikinya harus tepat, menyenangkan dan menarik umat, baik dewasa, anak-anak, maupun remaja, laki-laki maupun perempuan. Dalam Muktamar Risalatul Masjid di Makkah tahun 1975, hal ini telah didiskusikan dan disepakati, bahwa masjid baru dapat dikatakan berperan secara baik bila memiliki ruangan dan peralatan memadai, bersih dan sehat untuk shalat; Memiliki ruang khusus perempuan baik untuk shalat maupun Pendidikan Kesejahteraan Keluarga (PKK), yang memungkinkan mereka keluar masuk tanpa bercampur dengan jamaah pria; Ada ruang pertemuan dan perpustakaan; Poliklinik dan ruang memandikan dan mengkafani jenazah; Ruang bermain, berolahraga, dan berlatih bagi remaja.
Selain itu masjid juga harus mampu memberikan ketenangan dan ketenteraman pada pengunjung dan lingkungannya. Apabila masjid dituntut berfungsi membina umat, tentu sarana yang dimilikinya harus tepat, menyenangkan dan menarik umat, baik dewasa, anak-anak, maupun remaja, laki-laki maupun perempuan. Dalam Muktamar Risalatul Masjid di Makkah tahun 1975, hal ini telah didiskusikan dan disepakati, bahwa masjid baru dapat dikatakan berperan secara baik bila memiliki ruangan dan peralatan memadai, bersih dan sehat untuk shalat; Memiliki ruang khusus perempuan baik untuk shalat maupun Pendidikan Kesejahteraan Keluarga (PKK), yang memungkinkan mereka keluar masuk tanpa bercampur dengan jamaah pria; Ada ruang pertemuan dan perpustakaan; Poliklinik dan ruang memandikan dan mengkafani jenazah; Ruang bermain, berolahraga, dan berlatih bagi remaja.
Hal-hal tersebut tentunya harus diwarnai oleh
kesederhanaan fisik bangunan, namun tetap
menunjang peranan masjid yang ideal. Terkait dengan hal itu, masjid juga
memiliki mandat membangun pandangan dunia terhadap uswah hasanah
(teladan) yang diberikan Rasulullah saw. yang harus dilaksanakan
para pengurusnya dalam memasyarakatkan masjid. Memang, masjid
sangat berpotensi mewarnai perkembangan dunia. Pemahaman luas dari umat
mengenai misi masjid yang tidak sekedar tempat shalat
semata, melainkan tempat ‘rahmat bagi alam semesta’, akan semakin
memperkaya fungsi masjid. Dari sini semo- ga umat dapat menghapus pandangan
sempit tentang peran dan fungsi masjid. Tentunya
dengan tanpa membatasi siapapun, laki-laki dan
perempuan berkunjung ke rumah Allah agar dapat belajar
dan beribadah hanya karena Allah swt.
Dhewa_I Like Your Style
No comments:
Post a Comment