Pandangan Islam tentang Penyakit Hati
Dalam perspektif Islam, penyakit hati sering diidentikkan dengan beberapa sifat buruk atau tingkah laku tercela (al-akhlaq al-mazmumah), seperti dengki, iri hati, arogan, emosional dan seterusnya.
Hasan Muhammad as-Syarqawi dalam kitabnya Nahw ‘Ilmiah Nafsi,[3] membagi penyakit hati dalam sembilan bagian, yaitu: pamer (riya’), marah (al-ghadhab), lalai dan lupa (al-ghaflah wan nisyah), was-was (al-was-wasah), frustrasi (al-ya’s), rakus (tama’), terperdaya (al-ghurur), sombong (al-ujub), dengki dan iri hati (al-hasd wal hiqd).
~~> Salah satu penyakit hati ialah merendahkan orang lain. Suka mencela dan menghina orang lain. Ketauhilah jika itu berakar dalam hati, Artinya ketakwaan sedang bermasalah. Isi dadanya sedang dijangkiti penyakit. Setan adalah penebarnya.#. Tatkala seseorang senang menghina dan mencela orang lain, itu artinya ketakwaannya sedang bermasalah. Ia sedang dihinggapi penyakit sombong dan keangkuhan. Oleh karena itu, tatkala Allah berfirman dalam Surat Al-Humazah:
وَيْلٌ لِّكُلِّ هُمَزَةٍ لُّمَزَةٍ
"Kecelakaanlah bagi setiap pengumpat lagi pencela.”
(QS. Al-Humazah : 1).
Setelah itu, Allah sebutkan tentang sifat neraka.
الَّتِي تَطَّلِعُ عَلَى الْأَفْئِدَةِ
“yang (membakar) sampai ke hati.”
(QS. Al-Humazah : 7).
#. Sebagian ulama menjelaskan, tidaklah seseorang suka mengumpat, mencibir, dan mencela, kecuali hatinya bermasalah, yang dikenal dengan penyakit hati. Ada indikasi yang kuat bahwa di hatinya bercokol kesombongan dan keangkuhan.
# Oleh karena itu, waspada terhadap godaan setan yang menyebabkan penyakit hati.
Setan membelokkan hati manusia dari jalan lurus, jalan kebenaran ke jalan yang menyimpang. Sampai-sampai tidak tahu apa yang sedang dilakukan.
Firman Allah:
وَلَا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ ۚ إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولَٰئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْئُولًا
Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabannya.
(QS. Bani Israil : 36).
#. Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لَا يَدْخُلُ الْجَنَّةَ مَنْ كَانَ فِي قَلْبِهِ مِثْقَالُ ذَرَّةٍ مِنْ كِبْرٍ
Tidak akan masuk surga orang yang dalam hatinya ada kesombongan sebesar biji debu.
(HR. Muslim).
Dalam konteks ini penulis ingin menekankan pada empat jenis penyakit hati yang menonjol, yaitu: riya’, marah, membanggakan diri, iri hati dan dengki.
Riya’ (pamer)
Dalam riya’ terdapat unsur kepura-puraan, munafik, seluruh tingkah-lakunya cenderung mengharap pujian orang lain, senang kepada kebesaran dan kekuasaan. Over acting, menutup-nutupi kejelekannya dan seterusnya. Sifat yang demikian ini digambarkan dalam al-Qur’an surat an-Nisa’: 142 dan at-Taubah:67 dan juga hadits Nabi: “Yang paling aku kuatirkan terhadap umatku adalah riya’ dan syahwat yang tersembunyi’.
Marah
Marah pada hakikatnya adalah memuncaknya kepanikan di kepala, lalu menguasai otak atau pikiran dan akhirnya kepada perasaan. Kondisi semacam ini seringkali sulit untuk dikendalikan.
Lebih lanjut As-Syarqawi mengungkapkan, bahwa marah akan menimbulkan beberapa pelampiasan, misalnya secara lisan akan memunculkan caci-makian, kata-kata kotor/keji dan secara fisik akan menimbulkan tindakan-tindakan destruktif. Dan jika orang marah tidak mampu melampiaskan tindakan-tindakannya di atas, maka dia akan berkompensasi pada dirinya sendiri dengan cara misalnya: merobek-robek pakaian, menampar mukanya sendiri, membanting perabot rumah tangga dan seterusnya. Marah juga dapat berpengaruh pada hati seseorang, yaitu sifat dengki dan iri hati, rela melihat orang lain menderita, cemburu, suka membuka aib orang lain dan seterusnya
Rasa Bangga Diri (‘Ujub)
Perasaan membanggakan diri (‘ujub) sedikit berbeda dengan perasaan sombong (kibr). Menurut al-Ghazali, kibr merupakan perasaan yang muncul pad diri seseorang, di mana ia menganggap dirinya lebih baik dan lebih utama dari orang lain. Sedangkan ‘ujub adalah perasaan bangga diri yang dalam penampilannya tidak memerlukan atau melibatkan orang lain. ‘Ujub lebih terfokus kepada rasa kagum terhadap diri sendiri, suka membanggakan dan menonjolkan diri sendiri. Kadang-kadang pada sebagian orang emosi ini merupakan tingkah laku yang dominan dalam kepribadian dan dapat menimbulkan sikap sombong, angkuh serta merendahkan orang lain
Iri Hati dan Dengki
As-Syarqawi mejelaskan bahwa emosi ini secara garis besar diklasifikasikan menjadi dua macam:
- Iri yang melahirkan kompetisi sehat (al-munafasah);
- Iri yang melahirkan kompetisi tidak sehat (al-hiqd wal hasad).
Wallahu a'lam bish showab
Semoga bermanfaat bagi kita semua, taufik n hidayah hanya dari Allah Subhanahu Wa Ta'ala.
Aamiin Yaa Allah Aamiin Yaa Rabbi
No comments:
Post a Comment